harianMETRO, MEDAN – Ratusan penarik becak bermotor (Parbetor), yang tergabung di Solidaritas Angkutan Transportasi Betor (SATU BETOR) melakukan aksi demo di depan kantor wali kota Medan Jalan Maulana Lubis, Medan, Senin (13/12).
Para parbetor ini mengaku sulitnya mencari penumpang saat ini di tengah banyaknya bermunculan transportasi angkutan umum seperti bus Trans Metro Deli dan angkutan berbasis online.
“Becak kami sudah 17 tahun tidak ada mendapat peremajaan. Sehingga kami semakin sulit bersaing dengan angkuran lain. Satu hari kami hanya mendapatkan Rp10 ribu, bagaimana kami bisa memberi makan anak dan istri kami. Bukan kami tidak mau beralih kerja lain, namun tidak ada kesempatan bagi kami,” ujar Muslim selaku koordinator aksi.
Muslim juga mengatakan mereka para Betor di Kota Medan siap diremajakan. Semenjak hadir transportasi online, pendapatan para penarik Betor merosot tajam.
“Tantangan kami ada pada keluarga kami sendiri. Bagaimana kami mampu menghidupkan anak dan istri kami. Jangan dihancurkan lapangan kerja yang sudah ada,” teriaknya.
Selain menuntut agar diberikan peremajaan becak bermotor yang lebih modern, para pendemo ini juga mengaku masih banyak yang belum memiliki BPJS Kesehatan dari pemerintah.
Ketua DPP SATU BETOR, Joha Merdeka kepada wartawan mengatakan tujuan aksi damai yang dilakukan para penarik Betor agar wali kota Medan, Bobby Nasution dapat mengetahui keluhan mereka.
“Para penarik Betor ini ingin mereka diperhatikan, selama ini mereka merasa seolah tidak diperhatikan. Jadi mereka ingin agar Wali Kota Medan melakukan peremajaan terhadap Betor yang ada di kota Medan agar lebih layak lagi untuk mencari nafkah,” ujar Johan.
Betor yang sudah menjadi salah satu di Icon Kota Medan, tambah Johan, namun pemko Medan seolah tidak mau peduli. Padahal ketika hendak maju mencalonkan diri menjadi Wali Kota Medan, suara dari para penarik Betor dikejar dan dicari-cari.
“Kami sayangkan kehadiran kami sampai saat ini tidak ada satupun pejabat pemko yang menerima kami. Kami bagian dari perangkat negara juga. Jangan buat becak bemotor sebagai Icon, namun tidak pernah diperhatikan. Mana tanggungjawab mu hai, wali kota Medan,” serunya.
Pemko Medan hanya memperhatikan mesjid raya, istana maimun dan infrastruktur lain dengan mengatasnamakan ikon Kota Medan. Besar anggaran dikelontorkan, namun untuk Betor apa yang kami dapat.
“Hari ini kami menuntut apa yang menjadi aspirsi ini. Ingat kami masih sebagian kecil yang hadir disini, ingat tahun 2017 kami demo besar-besaran menuntut keberadaan angkutan transportasi online. Meskipun sampai saat ini tidak ada ketetapan resmi atas keberadaan transportasi online,” sebutnya.
“Wali kota juga kami anggap gagal dalam menjalankan smart city. Tidak ada perhatian dari anak asli kota Medan, anak yang juga menantu presiden dan anak yang dipilih oleh warga Medan menjadi wali kota Medan,” teriak Johan Merdeka lagi.
Johan juga mengatakan akan membawa para penarik Betor dengan jumlah yang lebih besar lagi Senin depan jika hari ini aksi damai mereka tidak direspon.
“Wali kota Medan yang merupakan anak raja tidak peduli dengan keberadaan Betor di Kota Medan. Sangat kami sayangkan, padahal saat mencalonkan sebagai wali Kota Medan, suara kami dicari-cari, apalagi tim suksesnya, setiap hari terus menghubungi saya, nah saat ini ketika kami datang menyampaikan aspirsi kami, tolonglah didatangi karena kami hanya meminta disejahterakan melalui Peremajaan becak kami,”serunya.
Sampai berita ini ditayangkan, belum ada pihak pejabat berwenang di Pemko Medan yang mendatangi para pendemo dari DPP SATU BETOR. Hanya terlihat beberapa petugas Satpol PP Kota Medan berjaga-jaga dibalik pagar besi kantor Wali Kota Medan berwarna hijau. (rel/do)