METRO,SUMUT | Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Sumatera Utara Abangda Surya didampingi Sekretaris Pasu Pathi, S.Kom dan Bendahara Ir. Suben Thiren, serta Ketua DPD Prajaniti Hindu Provinsi Sumatera Utara ( Ormas Hindu ) Matha Riswan, S.Pd.H.,M.Psi dan Sekretaris Pinandita Sanggraha Nusantara Pinandita M. Manogren, melaksanakan Pembinaan umat Hindu ke empat wilayah di sumatera utara yakni : Kota Pematang Siantar, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Dan Kab. Asahan dalam rangka peningkatan Moderasi Beragama.
Kunjungan Pembinaan Umat Hindu dalam meningkatkan pemahaman Moderasi Beragama kami wujudkan guna meningkatkan toleransi antar umat beragama, karena realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat multikultural, dibutuhkan paham keagamaan yang moderat. Sementara prinsip moderasi beragama adalah sikap atau cara pandang perilaku beragama yang moderat, toleran, menghargai perbedaan, dan selalu mengejawantahkan kemaslahatan bersama, Ujar Surya
Memperhatikan sikap keberagamaan dalam dinamika berbangsa dan bernegara akhir-akhir ini, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada berbagai kesempatan mengajak tokoh-tokoh agama untuk menjadikan agama sebagai sumber nilai-nilai yang merawat kebinekaan. Presiden mengajak tokoh tokoh agama dan umat beragama untuk memberikan wawasan keagamaan yang Iebih dalam dan luas lagi kepada umat masing-masing, karena eksklusivisme, radikalisme, dan sentimen-sentimen agama cenderung bertumpu pada ajaran-ajaran agama yang terdistorsi. Tidak dapat disangkal bahwa agama menjadi roh utama bangsa ini sehingga para tokoh agama berperan penting untuk menjaga kemajemukan sebagai kekayaan dan modal sosial Indonesia.Pungkas Surya
Pemahaman ini juga selalu ditekankan Ketua Paruman Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Sumatera Utara Bapak S. Siwaji Raja, ST.,M.Si, ketika kata “moderasi” disandingkan dengan kata “beragama”, menjadi “moderasi beragama”, maka istilah tersebut berarti merujuk pada sikap mengurangi kekerasan, atau menghindari keekstreman dalam praktik beragama. Gabungan kedua kata itu menunjuk kepada sikap dan upaya menjadikan agama sebagai dasar dan prinsip untuk selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem (radikalisme) dan selalu mencari jalan tengah yang menyatukan dan membersamakan semua elemen dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa Indonesia. Tutup Surya
Sementara Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia, Pasu Pathi, S. Kom, menyampaikan kunjungan Pembinaan ini kami lakukan demi menjunjung Sikap moderat dan moderasi, karena moderasi adalah suatu sikap dewasa yang baik dan yang sangat diperlukan.
Moderasi beragama merupakan usaha kreatif untuk mengem¬bangkan suatu sikap keberagamaan di tengah berbagai desakan ketegangan, seperti antara klaim kebenaran absolut dan subjektivitas, antara interpretasi literal dan penolakan yang arogan atas ajaran agama, juga antara radikalisme dan sekularisme. Komitmen utama moderasi beragama terhadap toleransi menjadikannya sebagai cara terbaik untuk menghadapi radikalisme agama yang mengancam kehidupan beragama itu sendiri dan, pada gilirannya, mengimbasi kehidupan persatuan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Dan pada kesempatan kunjungan tersebut kami juga memberikan Kitab Suci Bhagawad Gita Dan Sarasamucaya kepada Umat Hindu yang berdomisili didaerah tersebut, serta Mandat Pembentukan Parisada Hindu Dharma Indonesia di 4 Kab / Kota sebagai Wujud Kaderisasi Kepemimpinan dalam PHDI,” tutup Pasu. (red)